HeadlineHumaniora

Polwan Rosita Rahayu, Simbol Kedamaian di Ujung Senapan yang Mereda

Avatar
×

Polwan Rosita Rahayu, Simbol Kedamaian di Ujung Senapan yang Mereda

Sebarkan artikel ini
Aipda Rosita Rahayu, saat menerima piagam penghargaan dari Ketua Harian Kompolnas, Drs. Arief Wicaksono, atas dedikasinya dalam menjaga perdamaian Aceh
Aipda Rosita Rahayu, saat menerima piagam penghargaan dari Ketua Harian Kompolnas, Drs. Arief Wicaksono, atas dedikasinya dalam menjaga perdamaian Aceh pasca-penandatanganan Perjanjian Damai Helsinki 2005. 📷: Dok. Polda Aceh

ByKlik.com | Banda Aceh — Aipda Rosita Rahayu, seorang Polisi Wanita (Polwan) dari Polda Aceh, menerima piagam penghargaan dari Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) atas dedikasinya dalam menjaga perdamaian Aceh pasca-penandatanganan Perjanjian Damai Helsinki 2005. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Harian Kompolnas, Drs. Arief Wicaksono, di Aula Machdum Sakti Polda Aceh pada Selasa (23/9/2025).

Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi nyata personel Polri dan aparatur sipil dalam mendukung implementasi Nota Kesepahaman (MoU) Helsinki, yang menjadi tonggak perdamaian di Provinsi Aceh.

Sebagai satu-satunya Polwan dari Polda Aceh yang bergabung dalam Aceh Monitoring Mission (AMM), Aipda Rosita, yang saat itu masih berpangkat Brigadir Dua (Bripda), memainkan peran krusial. Bertugas di bidang Intelkam, ia ditempatkan di wilayah-wilayah yang dulunya merupakan titik panas konflik, seperti Pidie, Lhokseumawe, dan Aceh Timur.

Baca Juga  Pemerintah Resmi Cabut IUP Empat Perusahaan Tambang di Raja Ampat

Setiap hari, Oci —sapaan akrabnya— menyusuri desa demi desa untuk berdialog langsung dengan masyarakat. Ia memastikan butir-butir perjanjian damai berjalan dengan baik, menjembatani kesenjangan antara masyarakat dan negara yang sempat terputus akibat konflik berkepanjangan.

“Waktu itu, rasa takut kami kubur dalam-dalam. Yang penting Aceh damai, masyarakat aman,” kenang Rosita.

Di bawah komando Kombes Pol. Arief Wicaksono dan Iptu Muhayat Effendi, Rosita membuktikan bahwa tugas di lapangan bukan sekadar kewajiban institusi, melainkan sebuah panggilan kemanusiaan. Menurutnya, pendekatan yang tenang dan humanis menjadi kunci untuk meredakan ketegangan yang masih membekas di masyarakat.

Sebagai jembatan yang membangun kembali rasa percaya, ia membuktikan bahwa perempuan juga mampu mengambil peran strategis dalam misi-misi penting. Bagi mereka yang mengenalnya, Rosita adalah wajah Polri yang humanis, sosok sederhana yang hadir bukan dengan senjata, tetapi dengan keberanian untuk mendengarkan dan merangkul masyarakat.

Baca Juga  Kaki Palsu untuk Dahlan, Harapan Baru di Hari Meugang

Hampir dua dekade berlalu, Polwan kelahiran 1984 ini tetap setia mengabdi di Polri. Saat ini ia bertugas di Bidang Humas Polda Aceh, terus membawa semangat yang sama untuk menjembatani, menyampaikan informasi yang akurat, dan membangun komunikasi yang sehat antara institusi dengan masyarakat.

Selain Aipda Rosita Rahayu, penghargaan serupa juga diberikan kepada Kompol Muhayat Effendie, AKP Maijoni, dan AKP Aziz. Sementara dari kalangan sipil, penghargaan diberikan kepada Ir. Muklis dan Fatma Baiduri, yang keduanya merupakan Aparatur Sipil Negara di Pemerintah Provinsi Aceh.

Kisah Aipda Rosita Rahayu menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati tidak selalu lahir dari senjata, melainkan dari ketulusan hati untuk hadir, mendengar, dan menjembatani. Ia bukan hanya saksi perjalanan damai Aceh, tetapi juga bagian dari perubahan itu sendiri. []

Example 120x600