Byklik | Banda Aceh—Universitas Syiah Kuala (USK) melalui Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas (SAU), mengukuhkan lima profesor baru yang merupakan para pakar dari berbagai bidang keilmuan.
Pengukuhan ini dipimpin oleh Ketua Senat Akademik Universitas, Prof. Dr. Ir. Abubakar, M.S. di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Selasa, 22 April 2025.
Kelima profesor tersebut, yaitu Prof. Dr. Muhammad Ilham Maulana, S.T., M.T.; Prof. Darwin, S.T.P., M.Sc., Ph.D.; Prof. Dr. Ismail Sulaiman, S.T.P., M.Sc.; Prof. Dr. Ir. Mirza Irwansyah, M.B.A., M.L.A.; dan Prof. Dr. Ir. Farid Mulana, S.T., M.Eng.
“Insyaallah, sepanjang tahun ini, USK akan mengukuhkan sebanyak 32 profesor baru yang telah lulus Uji Kompetensi Jabatan Akademik dari total 45 calon profesor yang telah diajukan ke kementerian,” tutur Rektor USK, Prof. Dr. Ir. Marwan.
Dengan bertambahnya 32 profesor tersebut, total jumlah profesor aktif di USK akan mencapai 211 orang, yang berarti telah memenuhi target 10% dari total dosen USK.
Adapun para profesor yang dikukuhkan hari ini, yaitu Prof. Muhammad Ilham Maulana, menemukan solusi melalui mekanika fluida untuk mengembangkan sistem energi hijau, khususnya turbin angin dan turbin air yang efisien dan berkelanjutan.
“Kajiannya menawarkan alternatif nyata dan terukur dalam penyediaan energi bersih dan terjangkau. Temuan ini dapat mengisi kebutuhan mendesak terhadap ketahanan energi Indonesia melalui solusi energi terbarukan yang efisien, terjangkau, dan berkelanjutan, terutama untuk wilayah-wilayah terpencil di Indonesia,” jelas Marwan.
Lalu, Prof. Darwin, mencurahkan pemikirannya untuk mengatasi limbah pertanian, yang semakin meningkat akibat modernisasi dan industrialisasi sektor pertanian.
Ia memberikan solusi pengelolaan limbah pertanian secara berkelanjutan dan mendorong transisi energi dengan memanfaatkan bahan lokal sebagai bahan baku energi terbarukan.
“Hasil penelitiannya dapat dijadikan acuan bagi berbagai pihak dalam menyusun program pertanian berkelanjutan, termasuk program pemberdayaan masyarakat, dengan mengajarkan kepada masyarakat bagaimana mengubah masalah lingkungan menjadi peluang energi dan ekonomi,” ungkapnya.
Kemudian, Prof. Ismail Sulaiman, melihat bidang pangan sebagai pondasi utama dalam mendukung kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitiannya sangat penting, terutama bagi dunia industri pangan, khususnya bagi UMKM di Aceh.
“Data memperlihatkan sebagian besar masyarakat kita mengonsumsi makanan ringan tiga kali dalam sehari. Namun, kebanyakan makanan ringan konvensional berisiko bagi kesehatan,” sebut Marwan.
Profesor selanjutnya, Prof. Mirza Irwansyah, melalui kepakarannya di bidang perencanaan kota, ia mengusulkan sebuah konsep yang disebut “MeRevolusi Kota Masa Depan”.
Kajian ini sangat penting untuk membentuk arah baru pembangunan kota-kota di Indonesia yang tidak hanya modern secara fisik, tapi juga berdaya tahan, adil, dan berkelanjutan.
“Konsep ini menekankan pendekatan transformatif pada perencanaan kota yang mengintegrasikan kota hijau, rendah karbon, keberlanjutan, dan ketangguhan akan bencana,” urainya.
Terakhir, Prof. Farid Mulana, yang berupaya untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat eksploitasi material konvensional.
“Keresahan Prof. Farid berawal dari tingginya penggunaan kayu dan plastik sintetis secara massif yang menimbulkan deforestasi, erosi tanah, dan pencemaran lingkungan karena limbah yang sulit terurai,” ujar Marwan.
Karena itu perlu dikembangkan material yang berkelanjutan. Farid kemudian melihat bahan-bahan seperti sekam padi, serat kelapa, serbuk kayu, fly ash, dan bentonit alam dapat dimanfaatkan sebagai biokomposit alami.
“Penemuan Prof. Farid sangat kita butuhkan, terutama untuk mendorong pemanfaatan material lokal Aceh dalam industri konstruksi, furnitur, dan komponen nonstruktural lainnya dengan nilai tambah yang tinggi, Prof. Farid menawarkan solusi nyata terhadap krisis lingkungan akibat ketergantungan pada kayu dan plastik sintetis,” ucapnya.[]