Byklik | Banda Aceh–Universitas Syiah Kuala (USK) melalui Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas (SAU) hari ini kembali mengukuhkan empat profesor baru dengan kepakaran dari berbagai bidang keilmuan. Pengukuhan ini dipimpin oleh Ketua Senat Akademik Universitas, Prof. Abubakar, di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Senin, 30 Juni 2025.
Keempat profesor tersebut adalah Prof. Dr. drh. Sri Wahyuni, M.Si., Prof. Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd., Sp.KG., Prof. Dr. dr. Sulaiman Yusuf, Sp.A., dan Prof. Dr. Ners. Marlina, S.Kep., M.Kep, Sp.MB.
“Dalam lima tahun terakhir ini, USK berhasil mengukuhkan rata-rata lebih dari 20 profesor setiap tahunnya. Begitu pula pada tahun 2025 ini, Insyaallah, USK akan mengukuhkan 37 profesor baru,” ungkap Rektor USK, Prof. Marwan.
Adapun jumlah dosen USK yang sudah lulus Uji Kompetensi Kenaikan Jabatan Akademik Dosen untuk periode Maret s.d. Juni tahun 2025 ini sebanyak 10 orang guru besar dan 17 orang lektor kepala.
“Maka, jumlah total profesor aktif di USK saat ini telah mencapai 216 orang. Alhamdulillah, jumlah tersebut telah memenuhi target 10% dari total dosen USK,” ujarnya.
Rektor USK menyampaikan, pengukuhan profesor hari ini terasa sangat istimewa. Sebab 3 dari 4 profesor baru ini adalah perempuan. Ia berharap, capaian para srikandi USK itu, bisa menginspirasi dosen USK lainnya khususnya dari kaum perempuan untuk berani bermimpi, pantang menyerah, dan terus berjuang. Sehingga mampu meraih gelar profesor seperti mereka pada hari ini.
Kiprah para profesor baru ini, melalui berbagai riset dan inovasi yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, secara nyata berkontribusi dalam pencapaian berbagai tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs), termasuk pengentasan kemiskinan, kesehatan dan kesejahteraan yang baik, kesetaraan gender, serta inovasi dan infrastruktur.
Profesor pertama yang dikukuhkan hari ini adalah Prof. Dr. drh. Sri Wahyuni, M.Si, yang kepakarannya diharapkan mampu menjawab persoalan produktivitas dan keberlanjutan ternak lokal, terutama sapi Aceh.
“Melalui pendekatan anatomi reproduksi, Prof. Sri Wahyuni menemukan cara mendeteksi tingkat fertilitas sapi jantan Aceh secara presisi, melalui pengamatan mikroskopis terhadap keutuhan akrosom spermatozoa,” tutur Rektor.
Penelitian Prof. Sri Wahyuni sangat penting karena mengungkap peran strategis struktur mikroskopis pada organ reproduksi dalam memastikan kualitas sperma sapi, sehingga peternak dapat memastikan kualitas dan produktivitas hewan ternak.
Profesor selanjutnya adalah Prof. Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd., Sp.KG, yang dengan kepakarannya berupaya menghadirkan inovasi dalam bidang konservasi gigi, melalui pengembangan larutan irigasi saluran akar berbasis daun kelor.
Dengan menggabungkan bahan alami dan teknologi nano seperti karbon quantum dots, Prof. Cut Soraya menciptakan larutan yang efektif melawan bakteri saluran akar, sekaligus ramah lingkungan. Inovasi ini menjawab kebutuhan terapi yang lebih aman dan efektif dalam proses perawatan gigi.
“Kontribusi Prof. Soraya bukan hanya penting dalam lingkup klinis, tetapi juga menyentuh aspek keberlanjutan dan kemandirian farmasi lokal. Dengan memanfaatkan kekayaan hayati Aceh dan Indonesia, riset ini menunjukkan bahwa kita dapat membangun terapi kedokteran gigi yang ramah lingkungan, terjangkau, dan berbasis kearifan lokal,” sebutnya.
Tantangan selanjutnya yang dapat dijawab oleh profesor USK adalah masalah stunting pada anak, yang hingga kini masih menjadi isu kesehatan nasional. Yaitu melalui kepakaran dari Prof. Dr. dr. Sulaiman Yusuf, Sp.A(K), yang memfokuskan keilmuannya pada keterkaitan antara diare, stunting, dan mikrobiota usus anak melalui pendekatan mutakhir berbasis pemeriksaan Next Generation Sequencing.
“Penelitian Prof. Sulaiman membuktikan bahwa anak dengan kondisi stunting memiliki keragaman mikrobiota usus yang jauh lebih rendah dibandingkan anak sehat. Ini membuka jalan baru dalam upaya pencegahan dan intervensi stunting bukan hanya dengan perbaikan gizi, tetapi juga melalui pendekatan biologis mikroba yang mendukung penyerapan nutrisi dan imunitas usus,” sebut Prof Marwan.
Profesor selanjutnya adalah Prof. Dr. Ns. Marlina, S.Kep., M.Kep., Sp.MB., dengan kepakaran di bidang Keperawatan Medikal Bedah. Prof. Marlina telah mengabdikan dirinya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien stroke melalui pendekatan inovatif dalam asuhan keperawatan.
Prof. Marlina memperkenalkan sebuah kontribusi penting berupa Model Independensi Perawatan Diri yang berfokus pada peningkatan kemandirian pasien pascastroke. Kontribusi keilmuannya, memberikan arah baru dalam pengembangan ilmu keperawatan, khususnya dalam hal pemberdayaan pasien dan keluarga melalui intervensi edukatif dan berbasis teknologi.
“Bagi masyarakat Aceh, inovasi ini menjawab kebutuhan riil akan model asuhan yang adaptif, aplikatif, dan mampu memperkuat ketahanan kesehatan komunitas lokal. Karya Prof. Marlina tidak hanya memperkaya khazanah keperawatan di ranah akademik, tetapi juga hadir sebagai solusi konkret dalam sistem layanan kesehatan masyarakat,” ujar Rektor.[]