Byklik | Redelong—Krisis logistik yang melanda Aceh Tengah dan Bener Meriah memaksa warga mengambil langkah-langkah ekstrem untuk bertahan hidup.
Syahruddin Siregar (52), warga Kabupaten Bener Meriah, terpaksa berjalan kaki belasan kilometer menuju Kabupaten Bireuen untuk menjual cabai hasil panen.
Syahruddin tidak sendiri.
Ia berjalan bersama dua rekannya, masing-masing memanggul sekitar 50 kilogram cabai. Perjalanan darat itu terpaksa dilakukan karena seluruh jalur penghubung antardaerah lumpuh akibat bencana.
“Aceh Tengah dan Bener Meriah lumpuh total, 33 jembatan putus, banyak daerah terisolir. Kami tidak bisa keluar, logistik pun tidak bisa masuk,” kata Syahruddin dalam video yang ia rekam dalam perjalanan menuju Bireuen pada Sabtu, 6 Desember 2025.
Dalam kondisi normal, akses antara Bener Meriah dan Bireuen dapat ditempuh dalam waktu beberapa jam melalui jalan lintas kabupaten. Namun kini, jalur utama tersebut tak bisa dilalui kendaraan setelah dihantam banjir dan longsor pada 26 November 2025 lalu.
Kondisi di dataran tinggi Gayo kian memprihatinkan. Sejak logistik terputus, distribusi bantuan hanya bisa dilakukan melalui udara menggunakan helikopter. Namun, jumlahnya terbatas dan tidak menjangkau semua kampung. Banyak warga mulai mengalami kelangkaan bahan makanan.
Situasi itu memicu penjarahan di Alfamart dan Indomaret karena masyarakat sudah tidak memiliki pilihan lain untuk mendapatkan kebutuhan pokok. Namun, Syahruddin memilih untuk menjual cabai meskipun harus menempuh jalan yang sangat jauh.
“Daripada menjarah, lebih baik bekerja keras seperti ini,” ujarnya.
Perjalanan menuju Bireuen juga penuh risiko. Untuk menyeberangi jembatan yang terputus di Teupin Mane, Juli, Bireuen, mereka harus menggunakan keranjang yang digantungkan pada sling besi yang ditarik dari dua sisi jembatan. Satu-satunya cara untuk menyeberang.
Setelah tiba di Bireuen, perjuangan panjang itu berujung pada harga jual yang jauh dari harapan. Dari hasil menjual cabai sebanyak 150 kilogram itu, keuntungan yang diperoleh hanya Rp500 ribu. Keuntungan itulah yang mereka bagi untuk bertiga. Hasil yang tidak sebanding dengan risiko, tenaga, dan waktu yang mereka habiskan. Ia hanya berharap, dalam kondisi seperti ini, tidak ada lagi oknum-oknum yang memanfaatkan keadaan.[]












