Byklik | Naypyidaw – Lebih dari 140 orang dilaporkan meninggal setelah gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo mengguncang Myanmar pada Jumat, 28 Maret 2025. Kantor Berita Reuters menyebutkan, selain menelan banyak korban, gempa dahsyat tersebut juga berdampak pada kerusakan signifikan di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu.
Di Mandalay, banyak bangunan dan infrastruktur yang runtuh. Seorang pekerja penyelamat dari Amarapura melaporkan bahwa sekitar seperlima bangunan di daerah tersebut hancur, dan tim penyelamat kesulitan menjangkau korban yang terjebak karena keterbatasan tenaga dan peralatan. Pihak berwenang Myanmar memperkirakan jumlah korban tewas akan terus bertambah dan telah meminta bantuan internasional.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan bahwa tim PBB di Myanmar sedang mengoordinasikan upaya untuk memberikan bantuan kepada mereka yang terdampak.
Di Bangkok, gempa menyebabkan gedung-gedung tinggi bergoyang, memicu evakuasi ratusan orang, termasuk tamu hotel yang bergegas keluar dengan pakaian mandi. Sebuah menara perkantoran terlihat bergoyang selama beberapa menit, menyebabkan kepanikan dan evakuasi.
Gempa ini terjadi di wilayah Sagaing, dekat Mandalay, yang terletak di perbatasan antara lempeng tektonik India dan Eurasia, menjadikannya area dengan aktivitas seismik tinggi. Kedalaman gempa yang dangkal, sekitar 10 km, memperparah dampaknya, menyebabkan bangunan menyerap penuh gelombang seismik.
Selain korban jiwa, gempa ini juga menyebabkan kerusakan signifikan pada bangunan dan infrastruktur, termasuk runtuhnya jembatan yang menghubungkan Mandalay ke Sagaing, yang mempersulit upaya logistik dan penyelamatan.