Oleh Syarifah Aini*
SELAMA dua hari saya mengikuti Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) III yang dilaksanakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen dan PNF) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh. Rakorwil ini dilaksanakan selama dua hari pada Jumat–Sabtu, 13–14 Juni 2025 di Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Aceh, di Niron, Sukamakmur, Kabupaten Aceh Besar.
Dalam rakorwil ini saya bertemu dengan para peserta dari 21 delegasi Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Aceh. Setiap PDM mengirimkan minimal 2 hingga 6 orang perwakilan yang terdiri atas ketua majelis serta kepala sekolah atau madrasah yang berada di bawah naungan organisasi Muhammadiyah. Kehadiran para peserta ini menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan organisasi Muhammadiyah di Aceh.
Ketua Majelis Dikdasmen PW Muhammadiyah Aceh, Dr. Iskandar Muda Hasibuan, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa saat ini sekolah-sekolah Muhammadiyah di Aceh memiliki daya saing tinggi. Bahkan, telah berhasil mencetak lulusan terbaik yang mampu menembus perguruan tinggi favorit di Sumatra hingga berbagai universitas ternama di Indonesia.
Rakorwil III ini secara resmi dibuka oleh Ketua PW Muhammadiyah Aceh, A. Malik Musa, S.H., M.Hum,, dan turut dihadiri oleh Ketua PW ‘Aisyiyah Aceh serta perwakilan organisasi otonom Muhammadiyah lainnya, seperti Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Selain itu, turut hadir perwakilan dari BPMP Aceh, Khairul Hadi, yang memberikan apresiasi atas terselenggaranya Rakorwil III ini.
Dalam Rakorwil III kali ini, salah satu agenda utama adalah pemaparan mengenai deep learning atau pembelajaran mendalam, yang dibawakan langsung oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamen Dikdasmen), Dr. Fajar Riza Ul Haq.
Menurut Hizqil Apandi, ketua panitia acara, pemaparan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para peserta tentang pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif dan berpusat pada siswa.
“Secara keseluruhan, kami berharap Rakorwil III ini menjadi momentum penting bagi penguatan pendidikan Muhammadiyah di Aceh. Dengan adanya diskusi strategis dan pemaparan konsep-konsep inovatif, para pemangku kebijakan di bidang pendidikan di bawah Muhammadiyah dapat semakin optimis dalam menciptakan ekosistem pembelajaran yang lebih berkualitas dan merata di seluruh Aceh,” kata Ketua Panitia Rakorwil, Hizqil Apandi.
Pembelajaran Mendalam sebagai Solusi Ketimpangan Mutu Pendidikan

Dalam pemaparannya, Dr. Fajar Riza Ul Haq menegaskan bahwa pembelajaran mendalam bukanlah suatu kurikulum baru, melainkan pendekatan atau metode belajar yang dapat diterapkan dalam kurikulum yang sudah ada. Indonesia masih menggunakan dua kurikulum utama, yakni Kurikulum 2013 (K-13) dan Kurikulum Merdeka (Kumer), yang tetap menjadi acuan bagi seluruh sekolah.
Menurutnya, dengan menerapkan konsep pembelajaran mendalam, Indonesia diharapkan dapat mempercepat akselerasi pendidikan serta menghilangkan ketimpangan mutu yang masih terjadi di berbagai daerah. Ia memaparkan, ada tiga kebijakan besar yang saling terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Pertama, reformasi administrasi, yaitu menyederhanakan administrasi serta birokrasi guru di sekolah sehingga mereka dapat lebih fokus pada pengajaran. Kedua, kewajiban tatap muka guru di kelas selama 18 jam, dengan 6 jam tambahan dapat dipenuhi melalui persiapan pembelajaran serta pendampingan siswa di luar jam tatap muka. Ketiga, peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan, guna memastikan bahwa pendidik selalu mendapatkan pengembangan yang dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan zaman.
Menurut Dr. Fajar, tantangan utama yang harus diatasi adalah disparitas mutu pendidikan yang masih cukup besar antara satu daerah dengan daerah lainnya. Ia menekankan bahwa hal ini harus segera ditangani agar Indonesia dapat mencapai Indonesia Emas 2045, yaitu visi besar untuk menjadi negara maju di tahun 2045.
Dalam implementasi pembelajaran mendalam, terdapat konsekuensi yang harus diperhatikan. Pembelajaran tidak lagi bergantung pada jumlah materi yang diberikan kepada peserta didik, tetapi lebih pada pemahaman yang mendalam dan aplikatif. Oleh karena itu, bisa saja terjadi pengulangan materi pada setiap pelajaran, agar peserta didik benar-benar memahami konsep yang diajarkan. Pendekatan ini menekankan bahwa yang diajarkan haruslah hal-hal paling krusial dan esensial bagi siswa.
Resonansi Materi di Kalangan Peserta Rakorwil III
Kehadiran Wamen Dikdasmen, Dr. Fajar Riza Ul Haq, dalam Rakorwil III PWM Aceh ini didampingi oleh berbagai pejabat penting lainnya, termasuk Kepala BPMP Aceh, Dr. Muhammad Anis, Kepala Balai Guru Penggerak (BGTK), Dr. Yudi Herman, M.Pd, serta Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, S.T., D.E.A.
Para peserta yang hadir mengaku sangat antusias dengan materi yang disampaikan dalam setiap sesi. Salah satu perwakilan dari Aceh Singkil, Syarifah Azmi, mengungkapkan bahwa sesi Studium Generale yang membahas deep learning memberikan pencerahan dan semangat baru bagi para peserta untuk memajukan pendidikan di daerah masing-masing. Ia berharap bahwa konsep pembelajaran mendalam dapat segera diterapkan secara luas di sekolah-sekolah Muhammadiyah.[]
Penulis adalah anggota Nasyiatul Aisyiyah Aceh dan berkhidmah di Dayah Pesantren Baitul Arqam Aceh Besar.