Lingkungan & Energi

USK Kuatkan Peran Panglima Laot untuk Konservasi Laut Berkelanjutan

×

USK Kuatkan Peran Panglima Laot untuk Konservasi Laut Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini

Byklik | Banda Aceh–Tim pengabdian dari Universitas Syiah Kuala (USK) sukses melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di wilayah pesisir Kuala Cangkoi, Banda Aceh. Inisiatif yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) ini fokus pada penguatan peran Lembaga Panglima Laot sebagai institusi adat pesisir.

Program ini diketuai oleh Deni Yanuar, M.I.Kom, bersama anggota tim Dr. Dahlawi, M.Si dan Ir. Febriyanti Maulana, S.T., M.T., bertujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem laut dan memperkuat ketahanan pangan berkelanjutan.

“Salah satu langkah konkret yang diambil adalah pengembangan Crab Bank berbasis komunitas di kantor Lembaga Hukom Adat Lhok Kuala Cangkoi. Tempat ini berfungsi sebagai pusat pelestarian induk kepiting betina secara alami,” ungkap Deni.

Inovasi Crab Bank dan Penanaman Mangrove

Selain membangun unit Crab Bank, tim USK juga memberikan pelatihan teknis kepada nelayan setempat. Pelatihan ini mencakup cara memilih, merawat, dan melepas kembali kepiting bertelur ke habitat aslinya. Kegiatan ini diperkuat dengan penanaman mangrove untuk menyediakan habitat alami yang ideal bagi kepiting dan biota laut lainnya.

Baca Juga  Akmal Senja, Hutan Wakaf, dan Konservasi Islami

“Lebih dari sekadar konservasi, program ini mengintegrasikan pelestarian sumber daya laut dengan sistem ketahanan pangan yang berkelanjutan. Tujuannya adalah memastikan masyarakat nelayan dapat terus memperoleh manfaat ekonomi dari laut tanpa merusak ekosistemnya,” sebut Dahlawi.

Sebagai bagian dari program, pada 22 Agustus 2025, tim USK menggelar Focus Group Discussion (FGD) di salah satu hotel di Banda Aceh. Mengusung tema: Konservasi Wilayah Pesisir Pantai Teritorial Lembaga Hukum Adat Panglima Laot Kuala Cangkoi.

Acara ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, antara lain perwakilan Bappeda Kota Banda Aceh, Dinas Pangan, Pertanian, Kelautan, dan Perikanan (DP2KP) Kota Banda Aceh, Panglima Laot Provinsi, Lembaga Panglima Laot Kuala Cangkoi, tokoh adat, serta perwakilan nelayan.

“Diskusi ini membahas berbagai isu krusial, mulai dari potensi biota laut, hambatan pengelolaan sumber daya, hingga perlunya penguatan hukum adat dan optimalisasi Crab Bank sebagai solusi konservasi,” tambah Febriyanti.

Baca Juga  BMKG Malikussaleh Prediksi Cuaca Cerah Berawan saat Lebaran Iduladha

Akademisi USK bidang konservasi, Ir. Dedi Fazriansyah Putra, S.St., M.Sc., IPM., turut menjadi narasumber, menjelaskan pentingnya pengelolaan populasi kepiting melalui metode Crab Bank untuk memberikan pemahaman kepada nelayan.

Dalam sambutannya, Panglima Laot Kuala Cangkoi, Syafaat menekankan komitmennya untuk terus menyesuaikan aturan adat dengan tantangan zaman. Ia menegaskan pentingnya menjaga wilayah kelola adat laut sejauh empat mil dari bibir pantai dan menyoroti perlunya penegakan hukum adat terhadap nelayan luar yang melakukan penangkapan ikan secara ilegal.

“Pada dasarnya, masyarakat punya kepedulian untuk mengembalikan ekosistem yang sehat. Mereka sering berdiskusi dengan kami tentang solusi atas minimnya hasil tangkapan, dan hal ini menjadi semangat untuk bersama-sama membenahi kawasan laut kita,” ujarnya.

Melalui sinergi antara akademisi, pemerintah, lembaga adat, dan masyarakat pesisir, program ini diharapkan dapat menjadi model yang sukses dalam menjaga kelestarian sumber daya laut sekaligus memperkuat ketahanan pangan berkelanjutan di Banda Aceh.[]

Example 120x600