Byklik.com | Lhokseumawe – Kecerdasan buatan dan teknologi blockchain bisa digunakan mengawal pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah di masa mendatang. Kemajuan teknologi harus mulai digunakan untuk menjaga kemurnian suara rakyat.
Dalam pemilihan di sejumlah negara, bahkan bukan negara maju, teknologi blockchain sudah digunakan, misalnya dalam rekapitulasi penghitungan suara. Harusnya, di Indonesia juga sudah bisa mengadopsi kemajuan teknologi.
“Kalau belum bisa dalam pemberian suara, minimal dalam rekapitulasi penghitungan suara. Kalau belum bisa diberlakukan secara nasional, minimal di beberapa kota yang teknologinya mendukung,” papar anggota Bawaslu Kota Lhokseumawe, Ayi Jufridar, dalam acara gelar wicara Mozaik Indonesia bertema Kredibilitas Demokrasi di Tengah Kemajuan Teknologi yang berlangsung di RRI Pro 1 Lhokseumawe, Rabu 30 April 2025.
Menurut Ayi, perlu adanya optimalisasi penggunaan kemajuan teknologi digital dalam mengawal demokrasi elektoral di Indonesia. Dia mengaku pernah mengusulkan penggunaan teknologi blockchain dalam rekapitulasi penghitungan suara ketika masih menjadi anggota Komisi Indendepen Pemilihan (KIP) Kabupaten Aceh Utara pada 2018 silam.
“Sayangnya, belum ada implementasi ke arah sana meski infrakstruktur teknologi sebagian daerah di Indonesia sudah memadai,” tambah Ayi dalam gelar wicara yang dipandu Rudi Saifannur.
Teknologi blockchain memiliki potensi besar dalam meningkatkan keamanan data pemilu, transparansi, dan kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilu. “Sebagian negara sudah menerapkan dalam e-voting dan hasil rekapitulasi penghitungan suara disimpan dalam teknologi blockchain,” ujarnya.
Ayi juga menyinggung peran strategis media massa dalam mendukung pengawasan partisipatif pada pemilu dan pilkada 2024 lalu. Menurutnya, media massa di Kota Lhokseumawe menjalankan fungsinya secara profesional dalam mengawasi proses elektroral melalui berita.
“Bahwa satu dua media ada yang tidak profesional karena terang-terangan mendukung calon tertentu, itu adalah dinamika. Ada pemilik media yang juga ketua partai tertentu,” kata Ayi lagi yang lama berkarier sebagai jurnalis.
Ketika ditanya Rudi soal sikap adanya generasi milenial yang apatis terhadap politik dan demokrasi, Ayi mengingatkan kepedulian terhadap politik merupakan bagian dari kepedulian terhadap kepentingan generasi muda.
“Tidak masalah akan terjun ke dunia politik atau tidak nantinya. Tapi proses politik juga harus dikawal generasi muda karena banyak kebijakan yang lahir dari keputusan politik,” pungkasnya.[]