HeadlineHumaniora

Tangisan Bayi Pecah di Gelap Malam, Lahir di Atas Perahu Saat Banjir Aceh

Avatar
×

Tangisan Bayi Pecah di Gelap Malam, Lahir di Atas Perahu Saat Banjir Aceh

Sebarkan artikel ini
Seorang bayi lahir dengan selamat di atas perahu tim penyelamat, dikelilingi banjir setinggi sekitar dua meter di Kecamatan Lapang, Aceh Utara, pada Jumat (28/11/2025) malam.
Seorang bayi lahir dengan selamat di atas perahu tim penyelamat, dikelilingi banjir setinggi sekitar dua meter di Kecamatan Lapang, Aceh Utara, pada Jumat (28/11/2025) malam. 📷: For ByKlik.com/HO

ByKlik.com | Lhoksukon — Sebuah kisah perjuangan antara hidup dan mati di tengah bencana banjir besar yang melanda Gampong Lueng Baro, Kecamatan Lapang, pada Jumat (28/11/2025) malam. Seorang anak lahir dengan selamat di atas perahu, saat ketinggian air sekitar dua meter di kawasan pesisir Kabupaten Aceh Utara itu.

Dengan ketinggian air rata-rata mencapai dua meter, seluruh akses transportasi terputus, dan kondisi gelap gulita tanpa listrik serta jaringan internet menciptakan suasana mencekam. Di tengah ketidakberdayaan ini, aksi heroik seorang bidan, Sulaidah S.Keb dan tim penyelamat berhasil menyelamatkan nyawa seorang ibu hamil yang harus segera mendapat pertolongan medis.

Bidan yang akrab disapa Bu Amoi itu menyadari bahwa ibu hamil tersebut harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani operasi persalinan. “Harus dibawa ke rumah sakit sekarang juga,” ujarnya seperti dituturkan Chaidir kepada ByKlik, Sabtu (6/12).

Baca Juga  Berakhir 2027, Wagub: Aceh Sangat Bergantung pada Dana Otsus

Namun, upaya evakuasi menghadapi tantangan luar biasa. Hanya perahu kayuh sederhana yang bisa diandalkan, dan tidak ada seorang pun yang berani menerobos arus banjir yang deras menuju sungai.

Keberanian akhirnya muncul dari M. Yasir, anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), bersama Tgk. Roy Ar-Rasyid, seorang Penyuluh Agama Islam yang baru saja menyelesaikan pembagian bantuan. Mereka langsung bergerak cepat, dibantu oleh dua pemuda, yakni M. Tasir alias Dukon sebagai pengayuh perahu pertama, dan Aslam Amar sebagai pengayuh kedua.

Menggunakan perahu kayuh sederhana, mereka menjemput pasien dan mulai menyusuri arus banjir di tengah kegelapan malam.

Kelahiran Darurat di Atas Perahu

Perjalanan menuju sungai ternyata tidak berlanjut. Sekitar 30 meter dari tepi sungai, tepatnya di depan kuburan umum, kehendak takdir terjadi. Di atas perahu kecil, dalam kondisi darurat dan penuh keterbatasan, bayi tersebut lahir dengan selamat berkat pertolongan Allah SWT dan kesigapan Bidan Amoi.

Baca Juga  Dua Bocah Terseret Arus Saat Berenang di Pantai Ulee Rubek

Kisah dramatis itu menjadi puncak emosi bagi tim penyelamat. Di tengah dinginnya malam, derasnya suara air banjir, dan hanya berbekal cahaya seadanya, tangisan haru pecah menyaksikan ibu dan bayinya selamat. Perahu kecil itu menjadi saksi bisu perjuangan, keberanian, dan keyakinan akan pertolongan Yang Maha Kuasa.

Setelah proses persalinan darurat selesai, pasien segera dievakuasi ke sebuah rangkang (sejenis balai atau posko darurat) terdekat. Di sana, Bidan Amoi melakukan proses penjahitan sebelum akhirnya ibu dan bayi perempuan yang baru lahir tersebut dievakuasi kembali ke tempat pengungsian untuk mendapatkan perawatan dan istirahat yang lebih layak.

Peristiwa ini menjadi pengingat akan ketabahan warga di tengah bencana dan pengorbanan para tenaga kesehatan serta relawan yang berjuang mempertaruhkan nyawa demi kemanusiaan. []

Example 120x600