HeadlineLingkungan & Energi

Pemuda Adat Indonesia Sampaikan Tuntutan Keadilan Iklim di COP30

Bambang Iskandar Martin
×

Pemuda Adat Indonesia Sampaikan Tuntutan Keadilan Iklim di COP30

Sebarkan artikel ini
Hero Aprila, pemuda adat asal Bengkulu, hadir di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP30) di Belem, Brazil. (Ist)

Byklik.com | Jakarta – Hero Aprila, pemuda adat asal Bengkulu, hadir di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP30) di Belem, Brazil, setelah mengikuti ekspedisi Yaku Mama Amazon Flotilla bersama puluhan pemuda adat dari berbagai negara Amerika Latin.

Ekspedisi tersebut merupakan aksi simbolik menuntut keadilan iklim dan perlindungan wilayah adat yang terdampak ekstraksi minyak dan tambang di kawasan Amazon.

Yaku Mama Amazon Flotilla berangkat dari Ecuador pada 8 Oktober 2025 dan menempuh perjalanan lebih dari 3.000 kilometer melintasi Peru dan Kolombia sebelum tiba di Brazil. Kapal kayu tiga tingkat itu membawa pesan global mengenai penghentian penggunaan bahan bakar fosil, yang disampaikan melalui spanduk “End Fossil Fuels – Climate Justice Now.”

Hero mewakili Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN), Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), dan Global Alliance of Territorial Communities (GATC). Kehadirannya bertujuan menyampaikan aspirasi masyarakat adat Indonesia, sekaligus menunjukkan solidaritas terhadap perjuangan masyarakat adat di kawasan Amazon.

“Persoalan yang dihadapi masyarakat adat di Amerika Latin memiliki kesamaan dengan yang kami alami di Indonesia, terutama terkait perampasan wilayah adat dan kriminalisasi terhadap pembela hak-hak masyarakat adat,” ujar Hero, Jumat, 14 November 2025.

Baca Juga  Pangdam IM Lantik 670 Prajurit Tamtama TNI AD di Rindam Iskandar Muda

Dorongan Pengesahan UU Masyarakat Adat

Ekspedisi Yaku Mama Amazon Flotilla menggunakan kapal kayu bersama puluhan pemuda adat dari berbagai negara Amerika Latin, merupakan aksi simbolik menuntut keadilan iklim dan perlindungan wilayah adat yang terdampak ekstraksi minyak dan tambang di kawasan Amazon. (Ist)Dalam diskusi selama perjalanan, para pemuda adat menyusun poin-poin yang akan dibawa ke COP30. Salah satu isu utama yang disampaikan delegasi Indonesia adalah percepatan pengesahan Undang-Undang Masyarakat Adat sebagai dasar hukum perlindungan dan pengakuan masyarakat adat di Indonesia.

Menurut Hero, payung hukum tersebut penting untuk menghentikan praktik kriminalisasi, intimidasi, dan kehilangan wilayah adat yang masih sering terjadi. Selain itu, aspirasi terkait pendanaan iklim langsung ke komunitas adat, perlindungan pengetahuan tradisional, dan hak atas tanah juga menjadi bagian dari tuntutan yang akan ia sampaikan.

Hero dijadwalkan menjadi pembicara pada sejumlah agenda COP30, termasuk Shandia Forum, forum gerakan pemuda yang difasilitasi GATC, serta sesi Global Youth Roadmap – Youth Climate Justice Statement yang diselenggarakan oleh RRI.

Baca Juga  Lagi, Bea Cukai dan Polri Gagalkan Penyelundupan 14 Kg Sabu di Langsa

Temuan Lapangan di Kawasan Amazon

Dalam perjalanan menuju Belem, rombongan singgah di komunitas adat Novo Carão. Hero menyampaikan bahwa masyarakat adat di kawasan tersebut menghadapi tantangan serupa dengan komunitas adat di Indonesia, terutama terkait akses wilayah, tekanan ekstraksi, dan pembatasan terhadap praktik berladang tradisional.

Ia membandingkan pengalaman masyarakat adat Novo Carão dengan kondisi masyarakat adat Talang Mamak di Riau, yang memiliki tradisi membakar hutan secara terkontrol untuk berkebun berdasarkan pengetahuan leluhur. Tradisi tersebut kerap berbenturan dengan kebijakan modern, sehingga memicu kriminalisasi serupa.

Solidaritas Global Masyarakat Adat

Rombongan ekspedisi Yaku Mama Amazon Flotilla. (Ist)

Hero menegaskan bahwa ekspedisi Yaku Mama Amazon Flotilla menunjukkan kuatnya solidaritas global masyarakat adat dalam menyuarakan perlindungan wilayah adat dan kebijakan iklim yang adil. Menurutnya, perjuangan masyarakat adat di Amazon dan Nusantara memiliki arus yang sama dalam mempertahankan hak atas tanah dan menjaga keseimbangan alam.

“Suara masyarakat adat harus menjadi perhatian utama dalam kebijakan iklim global, karena mereka berada di garis depan dalam menjaga hutan dan biodiversitas dunia,” kata Hero.***

Example 120x600