ByKlik.com | Banda Aceh – Japan International Cooperation Agency (JICA) menyatakan kesiapan penuh untuk terlibat dalam penanganan dan pemulihan pascabencana hidrometeorologi yang melanda Aceh. Komitmen ini disampaikan langsung Majelis Perwakilan JICA Indonesia, Soichiro Machida, di Banda Aceh, Senin (1/12/2025).
Machida menyampaikan rasa prihatin dan duka cita atas dampak luas bencana tersebut. Ia menegaskan, hubungan panjang Jepang–Aceh membuat JICA segera bergerak untuk melihat kondisi di lapangan dan menyiapkan dukungan yang diperlukan.
“Mengingat kerja sama Jepang dan Aceh telah berlangsung lama, JICA tergugah untuk datang ke sini, memantau kondisi, dan bila diperlukan siap memberikan bantuan,” ujarnya kepada Sekretaris Daerah Aceh, M. Nasir.
Menurut Machida, JICA siap memberikan bantuan dalam berbagai bentuk, mulai dari pendampingan teknis, dukungan mobilisasi logistik, hingga keterlibatan langsung dalam survei lapangan. “Jika diperkenankan, kami juga ingin bergabung dalam survei lapangan besok dan ikut dalam diskusi berikutnya,” tambahnya.
Kerja sama Jepang–Aceh sendiri memiliki sejarah panjang. Pascatsunami 2004, JICA menjadi salah satu lembaga yang memberikan bantuan darurat dan terlibat dalam pembangunan infrastruktur penting. Kolaborasi ini kembali diperkuat saat peringatan 20 tahun Tsunami Aceh tahun lalu.
Menanggapi komitmen JICA, Sekretaris Daerah Aceh, M. Nasir, menyambut terbuka peluang kolaborasi tersebut. Ia menyebut JICA sangat berpengalaman dan relevan untuk membantu pemulihan infrastruktur yang rusak parah.
“Saran kami, JICA bisa mengamati infrastruktur rusak yang memungkinkan dibangun kembali. Kita telah bekerja sama dalam pembangunan infrastruktur pascatsunami sebelumnya, dan kondisi saat ini mirip dengan ‘tsunami kedua’,” ujar Nasir.
Data Posko Tanggap Darurat Bencana Aceh mencatat kerusakan fasilitas umum yang sangat besar, meliputi 138 kantor, 51 tempat ibadah, 201 sekolah, 4 pondok pesantren, 302 titik jalan, serta 152 jembatan. Bencana ini berdampak pada 18 kabupaten/kota, 226 kecamatan, dan 3.310 gampong, dengan total korban terdampak mencapai 214.382 kepala keluarga atau 1.418.872 jiwa.












