Byklik | Banda Aceh – Sejak 2 Oktober 2023, Bumoe Learning Community resmi berdiri sebagai ruang belajar berbasis alam yang ditujukan bagi anak-anak usia dini hingga sekolah dasar. Saat ini, komunitas belajar tersebut diikuti oleh 10 anak yang terdiri atas 1 toddler, 8 prasekolah, dan 1 anak sekolah.
Kepala Sekolah & Fasilitator Bumoe Learning Community, Yelli Sustarina, mengatakan Bumoe Learning Community lahir dari keresahan akan minimnya lembaga pendidikan anak usia dini di Aceh yang benar-benar menyentuh aspek keterhubungan dengan alam. Melalui pembelajaran berbasis alam (nature based learning), sekolah ini mengedepankan eksplorasi aktif, interaksi alami dengan lingkungan, serta pendampingan sesuai ritme dan potensi unik setiap anak.
“Visi kami adalah menciptakan ruang belajar alami dan bermakna bagi anak-anak dan orang tua, agar mereka tumbuh sebagai individu yang sadar diri, peduli sesama, terhubung dengan alam, serta menjunjung kebersamaan dan kebaikan,” ujar Yelli, Senin, 1 September 2025.
Selain itu, Bumoe mengusung misi membentuk green generation, yakni generasi hijau yang menjaga bumi melalui kebiasaan hidup ramah lingkungan. Orang tua juga dilibatkan secara langsung dalam proses belajar. Pada waktu-waktu tertentu, mereka secara bergantian berperan sebagai guru di sekolah ini.
Kegiatan belajar di Bumoe dimulai dengan bermain bebas, dilanjutkan dengan murajaah surah pendek, membaca buku secara read aloud, fun brunch dengan bekal dari rumah, sikat gigi, salat Duha, hingga aktivitas tematik bulanan.
“Setiap Kamis, anak-anak mengikuti ‘Thursday Adventure’, yaitu kegiatan belajar di luar ruang dengan mengunjungi tempat tertentu sesuai tema,” ujarnya lagi.
Nilai-nilai yang ditanamkan di Bumoe terangkum dalam lima pendekatan: Building Friendship (membangun persahabatan), Unity (kebersamaan), Meaningful Kindness (kebaikan bermakna), Open-ended Resource (sumber belajar terbuka), dan Exploring (menjelajah alam dengan rasa ingin tahu).
Meski begitu, tantangan terbesar adalah komitmen orang tua untuk ikut terlibat secara aktif mendampingi anak. Namun, di sisi lain, peluang besar hadir karena Bumoe menyediakan ruang bagi anak-anak untuk mengekspresikan bakat sesuai fitrah mereka.
“Harapannya, setiap keluarga memulai kebiasaan baik dari rumah, seperti mengelola sampah sendiri, mengajarkan hidup bersih dan sehat, menanam pohon, serta mengenalkan pentingnya hutan bagi kehidupan. Dengan begitu, lingkungan Aceh dapat terjaga,” ujarnya.
Ia juga menekankan agar pemerintah mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam setiap kebijakan. “Jangan sampai anak-anak kita tumbuh tanpa bisa lagi melihat indahnya hutan, segarnya udara pepohonan, dan keberagaman satwa yang hidup di dalamnya,” pungkasnya.[]