Berita Utama

Warga Minta Jangan Ada “Mafia BBM” dalam Situasi Bencana

×

Warga Minta Jangan Ada “Mafia BBM” dalam Situasi Bencana

Sebarkan artikel ini
Antrean panjang di SPBU Lambhuk Banda Aceh., Rabu, 3 Desember 2025. Foto: Ihan Nurdin/byklik

Byklik | Blangpidie—Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sejak beberapa hari terakhir memicu munculnya penjual bensin dadakan yang menjual BBM dengan harga jauh di atas normal.

Kondisi ini membuat warga semakin terjepit karena harus memilih antara mengantre berjam-jam di SPBU atau membeli bensin eceran dengan harga yang melambung tinggi.

Seorang warga Blangpidie, Putri, mengaku kesal melihat oknum-oknum yang memanfaatkan situasi dengan membeli BBM dalam jumlah besar untuk dijual kembali.

“Satu botol Aqua sedang yang biasanya Rp7.000 sekarang dijual Rp15.000, bahkan Rp20.000. Ada yang pakai motor besar, ada juga yang pakai mobil. Mereka bukan penjual bensin biasanya, tapi tiba-tiba jadi penjual dadakan,” ujarnya kepada byklik, Rabu, 3 Desember 2025.

Baca Juga  Pascabanjir Aceh Utara, Layanan Transaksi Tunai Perbankan Masih Lumpuh

Secara langsung Putri pernah melihat seseorang mengeluarkan bensin dari mobil dalam jumlah banyak sambil tertawa dan kemudian menjualnya dengan harga tinggi.

“Itu yang bikin kesal. Biasa di kampung kami, ada yang antre 2–3 kali sehari. Masyarakat jadi makin susah,” katanya.

Warga yang sehari-hari bekerja dengan pendapatan kecil disebut sangat terdampak, terutama pengemudi becak dan guru yang harus menempuh jarak jauh untuk mengajar.

“Kasihan tukang becak, kalau antre berjam-jam mereka kehilangan pelanggan. Kalau beli bensin eceran, harganya dua kali lipat dari ongkos jalan. Guru-guru juga, gaji kecil habis untuk bensin,” kata Putri.

Sebagian warga sebenarnya memahami bila penjual eceran menaikkan harga sebagai kompensasi waktu mereka mengantre di SPBU. Namun, yang dikeluhkan adalah tindakan “mafia bensin” yang mengambil BBM dalam jumlah besar dan menjualnya dengan margin tinggi, sehingga membuat antrean tak kunjung habis.

Baca Juga  VRI Aceh Perkuat Upaya Pemulihan Jaringan Listrik di Bireuen

Di beberapa titik, harga eceran bahkan mencapai level ekstrem. “Botol Aqua sedang dijual Rp17 ribu untuk Pertalite, Rp18–20 ribu untuk Pertamax. Botol besar bisa sampai Rp45 ribu,” jelasnya.

Warga berharap pemerintah dan pengelola SPBU menghadirkan sistem pengawasan yang lebih ketat, misalnya melalui pencatatan nomor plat kendaraan, agar tidak ada kendaraan yang bolak-balik mengisi BBM hanya untuk dijual kembali.

“Pengennya ada sistem kontrol. Jadi, orang yang sama tidak bisa antre berkali-kali dalam satu hari,” katanya.[]

Example 120x600