IMBAUAN dari pemerintah dan berbagai pihak agar pedagang tidak menaikkan harga barang terutama pangan, ternyata tidak terlalu manjur di pasar. Sejumlah kebutuhan pokok seperti telur dan beras, harganya naik sekitar 60 persen, meski ada juga pedagang grosir yang mengaku tidak menaikkan harga kebutuhan bahan pokok.
Untuk telur ayam, misalnya, sempat dijual sampai Rp100 ribu satu papan. Padahal, dalam situasi normal hanya sekitar Rp53 ribu per papan, meski terkadang tergantung ukurannya. Namun, pada Senin, 1 Desember 2025, harga telur ayam di Lhokseumawe sudah turun menjadi Rp80 ribu per papan, kendati di beberapa tempat masih dilepas dengan harga Rp100 ribu.
“Itu pun harus beli berkelompok karena minimal pembelian 10 papan,” ungkap Nurhayati, seorang ibu rumah tangga yang ditemui di Pasar Inpres, Lhokseumawe.
Bukan saja harga yang mahal, tetapi beberapa kebutuhan pokok sulit diperoleh dalam beberapa hari terakhir. Satu pikap telur ayam yang baru masuk, langsung diserbu warga. Sekitar satu jam kemudian, telur satu pikap pun ludes dibeli warga yang bukan saja dari Kota Lhokseumawe, melainkan juga dari Krueng Geukueh, Geudong, dan Syamtalira Bayu, Aceh Utara.
Bahkan ada santri dari sebuah dayah di Aceh Utara, terlihat memborong 10 papan telur ayam, melengkapi mie instan beberapa kardus. Mereka mengaku membeli berbagai jenis kebutuhan untuk persediaan dapur umur yang kosong dengan cepat karena bantuan terbatas.
Selain telur, beras juga termasuk kebutuhan yang terbatas di pasar. Ketika beredar informasi Komandan Korem 011/Lilawangsa, Kolonel (Inf) Ali Imran, dan anggota DPRK Lhokseumawe, Nurbayan, viral di media sosial tentang beras Bulog bisa dibeli dengan harga normal, masyarakat menyerbu gudang Bulog di Punteut Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe. Kemudian, beredar informasi bahwa masyarakat tidak perlu datang ke gudang, cukup antre di Kantor Bulog di Jalan Teuku Hamzah Bendahara.
Namun, ketika warga datang, petugas menyebutkan beras dari gudang belum datang sehingga warga diminta menunggu. Penantian pun berlangsung dalam ketidakpastian dan kebingungan bahkan keputusasaan.
Seorang warga Lhokseumawe, Armianto, mengaku mencari sejumlah bahan pokok seperti minyak goreng, beras, mie instan, dan telur ayam. Sayangnya, ia dan beberapa kawan satu kantor harus berjibaku mencari semua kebutuhan tersebut. Selain stok berkurang, tetapi harganya juga tinggi dan ada pembatasan jumlah pembelian. “Mungkin dikira kami akan menimbun dan menjual kembali. Padahal, sudah kami bilang untuk korban banjir,” ujar Armianto.
Beras dari Bulog jenis SBHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) yang merupakan program pemerintah oleh Perum Bulog, disediakan untuk menjaga stabilitas harga di pasar. Beras ini memiliki kualitas medium dengan harga terjangkau karena disubsidi, dan disalurkan melalui berbagai saluran seperti pasar, retail modern, kantor pos, dan Gerakan Pangan Murah.
Beras tersebut dijual di Bulog Rp60 per 5 kilogram. Namun, warga harus antre lama karena banyaknya pembeli. “Kami tidak mungkin menunggu lama, akhirnya membeli di Pasar Inpres seharga Rp80 ribu per 5 kg,” ungkap Armianto.
Wali Kota Lhokseuamawe, Sayuti Abubakar, mengeluarkan surat imbauan kepada pedagang grosir agar jangan menjual barang kebutuhan pokok dengan harga tinggi. Seorang pedagang grosir di Pasar Inpres, Sofyan, mengaku banyak pedagang di Pasar Inpres tidak menaikkan harga barang. “Boleh datang ke toko kami, harganya masih sama seperti sebelum banjir,” ujar Sofyan.[]












