Byklik.com | Lhokseumawe – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Kalam Universitas Islam Negeri (UIN) Sultanah Nahrasiyah (Suna) Lhokseumawe mengadakan kegiatan Kelas Jurnalistik dan Pekan Kebudayaan Daerah Mahasiswa. Mereka antara lain menggelar pelatihan tentang jurnalisme kultural dengan mengundang jurnalis profesional dan mantan ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Salah satu narasumber adalah Ayi Jufridar, mantan Ketua AJI Lhokseumawe periode 2005 – 2008. Ayi yang kini menjadi anggota Bawaslu Kota Lhokseumawe membahas tentang jurnalisme kultural di tengah gempuran teknologi digital dan artificial intelligence (AI).
Dalam pemaparannya, Ayi Jufridar menjelaskan sejumlah aliran dalam jurnalistik dengan fokus utama terhadap jurnalisme kultural. Menurutnya, ada sejumlah perbedaan mendasar dalam jurnalisme kultural yang memiliki perbedaan mendasar dengan jurnalisme klasik.
“Jurnalisme konvensional, fokus kepada fakta dan peristiwa dengan Bahasa yang netral dan informatif. Sedangkan jurnalisme kultural fokus kepada makna dan nilai budaya dengan Bahasa yang naratif dan reflektif,” jelasnya di Aula Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Sultanah Nahrasiyah, Lhokseumawe, Senin, 17 November 2025.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tujuan umum dari jurnalisme konvensional adalah menyampaikan informasi dengan narasumber formal. Sedangkan dalam jurnalisme konvensional, tujuannya untuk menumbuhkan pemahaman dan empati budaya dengan narasumber seperti tokoh adat, pelaku budaya, dan masyarakat lokal.
Pada bagian lain, Ayi juga menjelaskan langkah-lankah yang perlu dipersiapkan untuk menulis tentang liputan kebudayaan dengan gaya sastrawi, etika, serta prinsip dalam jurnalisme kultural.
“Hindari stereotip atau generalisasi budaya. Konfirmasi informasi adat dengan tokoh adat atau pelaku budaya dan gunakan bahasa yang menghargai nilai lokal. Jangan memotret atau merekam ritual sakral tanpa izin,” papar Ayi lagi.
Kelas Jurnalistik tersebut mengusung tema “Merangkai Kata dengan Makna, Mengabadikan Budaya dengan Karya”. Ketua Panitia, Ririn Dayanti Harahap, menyebutkan kegiatan ini merupakan wadah untuk memperkuat literasi budaya dan kepenulisan di kalangan mahasiswa yang diikuti oleh berbagai paguyuban serta ikatan mahasiswa dari sejumlah kampus di Kota Lhokseumawe.
Para peserta dengan antusias bertanya seputar dunia jurnalistik serta tentang jurnalisme kultural. Ketika ditanya pemateri, mereka menyampaikan sejumlah agenda liputan menyangkut kebudayaan di Aceh seperti festival kopi, tradisi peusijuek (tepung tawari), meupa atau berkeramas dengan jeruk purut, serta sejumlah kegiatan lainnya.
Selain Ayi Jufridar, pemateri lainnya adalah Zikri Maulana, wartawan Kompas TV yang juga ketua AJI Lhokseumawe serta Irmansyah, mantan ketua AJI Lhokseumawe.
Ririn Dayanti Harahap berharap agar kegiatan ini dapat menjadi ruang pembelajaran yang bermakna bagi seluruh peserta. “Melalui kegiatan Kelas Jurnalistik dan Pekan Kebudayaan Daerah Mahasiswa ini, kami ingin mendorong mahasiswa agar tidak hanya memahami teknik menulis, tetapi juga mampu membaca dan menghargai budaya yang hidup di sekitar mereka,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa jurnalis yang peka terhadap budaya akan melahirkan tulisan yang lebih berkarakter, berimbang, dan mencerminkan identitas daerah. “Harapan kami, mahasiswa mampu menghasilkan karya yang tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mengangkat nilai dan kekayaan budaya lokal agar tetap dikenal dan dihargai,” pungkas Ririn.[]












