Ekonomi & BisnisHeadline

Merawat Energi Kreatif agar Terus Menyala

Avatar
×

Merawat Energi Kreatif agar Terus Menyala

Sebarkan artikel ini
Galeri Ajang Ambe, salah satu dari tiga unit usaha di Rumah Kreatif Tamiang yang merupakan binaan Pertamina EP Rantau Field di Kabupaten Aceh Tamiang. Foto: Byklik.com | Ayi Jufridar

AROMA kopi di sisi kiri dan aroma oli di sisi kanan. Begitulah perpaduan yang menyapa pucuk hidung tatkala menginjakkan kaki di Rumah Kreatif Tamiang di pinggiran Jalan Medan – Banda Aceh Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang. Suara air diseduh bercampur dengan denting sendok beradu cangkir, sesekali disela raungan sepeda motor di sisi kanan. Dan kedua harmoni itu diredam dengan keberadaan Galeri Ajang Ambe yang mengapit kafe dan bengkel tersebut.

Bagi warga yang membawa motor untuk diservis, tak perlu jauh-jauh mencari kopi enak. Sambil menunggu, bisa sekalian ngopi di Inklusi Coffee yang menawarkan aneka minuman dan makanan. Bosan dengan camilan di Inklusi Coffee, bisa mencari makanan ringan yang ada di galeri.

Tak salah jika tempat itu dinamakan Rumah Kreatif Tamiang, sebuah program andalan dari Pertamina EP Rantau Field. Menurut Officer Community Involvement and Development Zona 1 Pertamina EP Rantau Field, Baskoro Adhi Pratomo,  Galeri Ajang Ambe termasuk bagian dari program corporate social responsibility (CSR), di luar program lain seperti edukasi hulu minyak dan gas ke berbagai sekolah dan kampus, membantu peralatan bagi penyandang disabilitas, sampai ke penghijauan.

Galeri Ajang Ambe yang berdenyut lebih tenang dibandingkan kafe dan bengkel, merupakan ruang pemasaran bagi berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Aceh Tamiang. Menurut seorang pengelola, Astri Novalinda, galeri itu sudah berdiri sejak 2015. Tujuannya untuk mempromosikan hasil UMKM di Aceh Tamiang. Jadi, ”Galeri ini lebih dulu lahir dibandingkan Rumah Kreatif yang didirikan pada 2021,” ungkap Nova, Rabu, 29 Oktober 2025.

Produk yang dihasilkan di Ajang Ambe adalah makanan dan hasil kerajinan tangan atau seni kriya (craft). “Pemasaran kami lakukan secara offline. Pembeli bisa langsung datang ke lokasi. Secara online, kami melayani melalui akun Instagram dan WA,” papar Nova yang ditemui di galeri.Target pasar adalah tamu dari luar kota dan masyarakat sekitar. Dalam momen tertentu, mereka mengikuti pameran di berbagai kota, seperti di Jakarta bahkan sampai ke Malaysia. Dengan sistem pemasaran seperti itu, omset Galeri Ajang Ambe mencapai Rp2 juta sampai Rp5 juta per bulan.

Salah satu kriya menarik di Galeri Ajang Ambe di Rumah Kreatif Tamiang, Aceh Tamiang.
Foto: Byklik.com | Ayi Jufridar

Potensi UMKM di Aceh Tamiang sebenarnya lebih besar lagi jika dioptimalkan. Galeri Ajang Ambe harusnya memiliki kesempatan memasarkan produknya lebih banyak dan lebih sering. Barangkali pola seperti Kota Lhokseumawe bisa ditiru dan dimodifikasi. Di Lhokseumawe, nasib UMKM mungkin sedikit lebih baik. Selain mendapatkan banyak pembinaan, termasuk dari perusahaan migas, Bank Indonesia, serta berbagai kampus, mereka juga memiliki kesempatan setiap pekan untuk memasarkan produk secara langsung dalam Ahad Festival.

Baca Juga  SKK Migas Sumbagut Perkuat Sinergi dengan Media Aceh

Setiap Ahad, masyarakat Lhokseumawe dan sekitarnya berbelanja produk UMKM atau sekadar duduk menikmati kuliner. Tamu-tamu yang sedang mengikuti kegiatan lain di Kota Lhokseumawe dan sekitarnya, juga sering menikmati akhir pekan di Ahad Festival. Mereka berbelanja di sana sehingga terjadi perputaran uang dalam jumlah besar. Momen seperti ini diakui Nova tidak ada di Aceh Tamiang, mereka hanya bisa memamerkan produk selama mengikut pameran dan itu pun tidak berlangsung saban tahun, apalagi saban pekan.

Kendala lainnya, belum optimalnya eksplorasi kekayaan budaya khas Tamiang ke dalam produk UMKM, terutama di Galeri Ajang Ambe. Padahal sedikitnya terdapat 25 motif khas Aceh Tamiang yang sudah dipatenkan dan menjadi sumber inspirasi tak pernah kering bagi produk-produk UMKM, seperti motif kerawang Gayo yang diproduksikan secara massal. “Tapi motif lumbuk lada, ada, di syal, meski tidak banyak. Itu pun khas Tamiang,” ungkap Nova.

Beberapa kerajinan lainnya, seperti kriya dari enceng gondok, tidak bisa diproduksi secara massal karena kekurangan bahan baku. “Sulit mendapatkan enceng gondok di Aceh Tamiang,” aku Nova yang dibenarkan pengelola lainnya.

Berbagai kendala tersebut tentunya tidak bisa ditangani sendiri oleh Galeri Ajang Ambe. Mereka membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dan Pemerintah Aceh.

Pendampingan untuk menjaga energi UMKM agar terus menyala dilakukan Pertamina EP Rantau Field. Khairunnisa Diltha merupakan sosok yang terus mendorong galeri tetap berkembang di tengah keterbatasan. Pendampingan mencakup semua syarat untuk tumbuh seperti pemasaran, arus kas, branding dan digitalisasi, manajemen usaha, keterampilan teknis, kemitraan, kemandirian, sampai monitoring dan evakuasi.

Manager Community Involvement and Development Zona 1 Pertamina Hulu Rokan Regional 1, Iwan Ridwan Faizal, mengakui selalu melibatkan pihak ketiga atau mitra pelaksana untuk mendukung sebuah program CSR agar berhasil dan berdampak jangka panjang.

“Mitra pelaksana program berperan dalam memberikan masukan teknis, melakukan validasi lapangan, serta memastikan penerima manfaat sesuai dengan kriteria program. Perwakilan masyarakat atau kelompok sasaran,  ikut serta dalam musyawarah dan forum diskusi agar keputusan yang diambil bersifat partisipatif dan adil,” jelas Iwan  dalam keterangan tertulisnya kepada byklik.com, Selasa, 28 Oktober 2025.

Baca Juga  Aceh Teken Kerjasama dengan Pemerintah Region Ivanovo  Rusia

Pertamina memiliki mekanisme berjenjang sebelum menjalankan program CSR di sebuah daerah. Tim CSR dan Community Development Pertamina bertanggung jawab melakukan pemetaan sosial, verifikasi data, dan penilaian kelayakan calon penerima manfaat.

“Pemerintah daerah dan perangkat gampong/desa — dilibatkan untuk memastikan kesesuaian program dengan kebijakan lokal serta memberikan rekomendasi calon penerima berdasarkan data dan kondisi riil di wilayahnya,” tambah Iwan.

Untuk memastikan program CSR tidak salah sasaran, Pertamina EP Rantau Field menerapkan mekanisme pemantauan dan evaluasi yang terencana, berlapis, dan partisipatif. Pemantauan dilakukan sejak tahap awal pelaksanaan melalui monitoring rutin di lapangan oleh tim community development bersama mitra pelaksana dan perwakilan masyarakat.

“Setiap kegiatan dicatat melalui laporan perkembangan, dokumentasi, serta verifikasi data penerima manfaat untuk memastikan kesesuaian dengan tujuan program. Selanjutnya, dilakukan evaluasi berkala — baik secara internal oleh tim CSR maupun bersama pemerintah daerah dan mitra terkait — untuk menilai efektivitas, kendala, serta dampak sosial dan ekonomi yang dihasilkan,” jelas Iwan lagi.

Selain menjual hasil kriya, juga terdapat berbagai camilan di Galeri Ajang Ambe Rumah Kreatif Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang.
Foto: Byklik.com | Ayi Jufridar

Menurutnya, evaluasi ini juga menjadi dasar dalam perbaikan desain program dan penyesuaian strategi ke depan. Selain itu, Pertamina membuka ruang umpan balik dari masyarakat, agar suara penerima manfaat turut menjadi bagian dari proses evaluasi.

Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Jullimursyida Ph.D, menyarankan agar pangsa pasar Galeri Ajang Ambe diperluas secara terpadu, baik offline maupun online. Galeri harus memperluas jaringan distribusi, antara lain melalui kerja sama dengan toko ritel, koperasi, hotel lokal, atau kafe-kafe.

“Kolaborasi dengan komunitas lokal seperti pengrajin, petani, pelajar dan mahasiswa perlu dilakukan untuk memperkuat ekosistem usaha,” saran Jullimursyida, Kamis, 30 Oktober 2025. Ia menambahkan kendala bahan baku bisa diatasi melalui kolaborasi dengan daerah sekitar seperti Aceh Timur dan Aceh Utara yang memiliki bahan baku melimpah—misalnya enceng gondok.

Untuk memperkuat pemasaran digital, lanjut Julli, bisa melalui marketplace atau mengoptimalkan penggunaan berbagai platform media sosial yang ada.  “Kolaborasi digital ini perlu dilakukan secara strategis dan berkelanjutan agar produk galeri memiliki citra merek yang kuat, serta memiliki nilai emosional dan sosial, selain nilai bisnis.”

Terakhir, Julimursyida juga mengingatkan perlunya sistem pencatatan keuangan digital yang sederhana bagi UMKM agar usaha tersebut sukses secara marketing dan keuangan untuk membuat energi di Galeri Ajang Ambe terus menyala.[]

Example 120x600