Berita UtamaEkonomi & BisnisHeadline

Dollar Perkasa, Biaya Produksi Naik, Harga Barang Terancam Melonjak

Avatar
×

Dollar Perkasa, Biaya Produksi Naik, Harga Barang Terancam Melonjak

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi rupiah dan dollar AS (THINKSTOCKS/Kompas.com)

Byklik.com | Jakarta – Nilai tukar rupiah yang terus berada di atas Rp16.700 per dolar AS sepanjang pekan ini memicu kekhawatiran dunia usaha. Pengusaha menilai pelemahan rupiah akan segera berimbas pada kenaikan harga barang dan jasa, karena sebagian besar bahan baku dan barang modal masih bergantung pada impor.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Carmelita Hartoto, menegaskan fluktuasi rupiah akan langsung menyentuh harga jual komoditas di pasar. “Ini akan berdampak pada harga jual barang dan jasa akhir. Diharapkan pemerintah dan BI segera melakukan langkah pengendalian,” ujarnya Sabtu (27/09/2025).

Carmelita mencontohkan, bisnis pelayaran nasional menjadi salah satu sektor yang paling cepat terdampak. Industri ini masih bergantung pada impor suku cadang kapal, sehingga depresiasi rupiah otomatis menambah biaya perawatan dan operasional. Dampaknya, biaya logistik naik dan harga barang yang diangkut ikut terkerek.

Baca Juga  Kapolres Lhokseumawe Tinjau Pengembangan Aplikasi Rijang di Command Centre

Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, mengingatkan pelemahan kurs langsung menekan biaya produksi industri manufaktur. “Sekitar 70–90% bahan baku manufaktur masih impor, dengan porsi mencapai 55% dari total biaya. Jadi setiap pelemahan rupiah akan langsung menaikkan biaya produksi,” jelasnya.

Menurut Shinta, industri tekstil adalah salah satu contoh paling nyata. Ketergantungan pada impor kapas, benang filamen, hingga serat sintetis membuat beban biaya membengkak. Tidak semua pelaku usaha mampu langsung menaikkan harga jual, sehingga margin keuntungan tergerus dan daya saing melemah.

Ia juga menyoroti ketidakpastian kurs yang membuat perencanaan bisnis semakin sulit. “Volatilitas membuat pengusaha kesulitan mengatur cash flow, biaya produksi, hingga menjaga daya saing ekspor,” katanya. Bahkan bagi UMKM, tekanan ini lebih berat karena ruang efisiensi mereka sangat terbatas.

Baca Juga  Mualem Rekomendasi Djufri Efendi sebagai Ketua Kwarda Aceh

Meski ada sebagian sektor yang diuntungkan, seperti eksportir berbasis komoditas, Shinta menilai manfaatnya tidak sebanding dengan kerugian yang dialami mayoritas pelaku industri. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya strategi kebijakan makro yang solid agar pelemahan rupiah tidak semakin menekan dunia usaha.

Apindo mendorong pemerintah memperbaiki fundamental ekonomi, mengurangi ketergantungan impor, dan menjaga daya beli masyarakat agar lonjakan harga tidak menimbulkan gejolak sosial. “Stabilitas nilai tukar adalah syarat utama keberlanjutan usaha dan pertumbuhan ekonomi nasional. Dunia usaha siap berkolaborasi, namun kepastian kebijakan tetap menjadi kunci,” pungkas Shinta.

Example 120x600