Byklik | Jantho–Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh bekerja sama dengan pusat kebudayaan Belanda di Jakarta, Erasmus Huis, menghadirkan pianis berbakat asal Belanda, Xavier Boot, dalam rangkaian Workshop Musik dan Konser bertajuk “Rhythms Reconnected: Aceh–Netherlands in Harmony”. Kegiatan ini berlangsung di Auditorium ISBI Aceh di Kota Jantho, Aceh Besar, dan menampilkan perpaduan musik klasik Barat dan musik tradisi Aceh di satu panggung, Senin–Selasa, 11–12 Agustus 2025.
Pada hari pertama, diisi dengan workshop musik yang menjadi ajang interaksi langsung antara Xavier Boot, mahasiswa ISBI Aceh, dan tamu undangan. Sesi pembuka dipandu oleh Fadhlul Suni, S.Sn., musisi musik tradisi Aceh sekaligus alumnus ISBI Aceh, yang memperkenalkan instrumen tradisional seperti rapa’i dan seurunee kalee. Dalam suasana hangat dan kolaboratif, Xavier Boot bahkan mencoba memainkan rapa’i untuk pertama kalinya.
Sesi berikutnya dibawakan oleh Xavier Boot yang memaparkan proses kreatif pembuatan musik, termasuk teknik mengombinasikan piano akustik dengan teknologi audio digital untuk menghasilkan bunyi dan efek yang tak dapat diciptakan piano akustik saja. Bersama enam peserta yang memainkan instrumen tradisional Aceh seperti rapa’i, seurunee kalee, dan seruling Gayo, Xavier mempraktikkan integrasi permainan tradisi ke dalam teknologi audio digital, menciptakan harmoni antara kekayaan tradisi dan sentuhan inovasi modern.
Puncak acara berlangsung pada 12 Agustus 2025 melalui Piano Recital berdurasi 60 menit oleh Xavier Boot. Penampilannya memikat penonton dengan kemegahan melodi piano klasik. Sebagai kejutan, Xavier membawakan lagu “Bungong Seulanga” dan karya orisinal berjudul “Journey”, yang ia ciptakan selama berada di Indonesia. Lagu tersebut terinspirasi dari perbincangan dengan Rektor ISBI Aceh tentang perjalanan kreatif dan kolaborasi lintas budaya.
Rektor ISBI Aceh, Prof. Dr. Wildan, M.Pd., menyampaikan apresiasinya atas kunjungan Xavier Boot. “Kegiatan ini menjadi bukti bahwa musik adalah bahasa universal yang mampu mempersatukan berbagai latar belakang budaya. Kami berharap kolaborasi dengan Erasmus Huis ini akan terus berlanjut, membuka peluang pertukaran seni yang lebih luas,” ujarnya.
Ketua Jurusan Seni Pertunjukan ISBI Aceh, Dr. Angga Eka Karina, S.Pd., M.Sn., menegaskan bahwa kegiatan ini memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa.
“Interaksi langsung dengan musisi internasional seperti Xavier Boot memperkaya wawasan dan keterampilan mahasiswa kami. Mereka belajar bahwa tradisi dapat berjalan beriringan dengan inovasi tanpa kehilangan identitas,” ungkapnya.
Xavier Boot mengaku terkesan dengan ekosistem musik tradisi yang digagas ISBI Aceh. “Ini adalah kali pertama saya tampil di Indonesia, dan saya benar-benar kagum melihat bagaimana ISBI Aceh menjaga warisan musik tradisional sekaligus mendorong inovasi. Saya merasa terhormat dapat menjadi bagian dari kolaborasi ini,” tuturnya.
Koordinator Pusat Urusan Internasional ISBI Aceh, Nisa Putri Rachmadani, M.Ds., menyampaikan, program ini adalah wujud komitmen ISBI Aceh dalam membangun jejaring internasional yang berkualitas.
“Kami ingin terus menghadirkan kolaborasi yang tidak hanya menginspirasi mahasiswa, tetapi juga mengangkat budaya Aceh ke panggung dunia,” ujarnya.
Kegiatan yang merupakan bagian dari misi ISBI Aceh ini mendapat dukungan penuh dari Erasmus Huis sebagai upaya mendorong pertukaran budaya internasional. Selain memperluas wawasan seni mahasiswa, acara ini juga membuka kesempatan bagi musisi Belanda untuk mengenal dan mempelajari musik tradisi Aceh. Perpaduan dua dunia musik tersebut menjadi bukti bahwa seni mampu menjembatani perbedaan dan menciptakan harmoni lintas budaya.[]