Byklik.com | Kulon Progo – Sebanyak 88 dari 134 judul puisi dinyatakan lolos kurasi untuk diterbitkan dalam antologi puisi bertema pemilu dan demokrasi yang diterbitkan Bawaslu Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan pengumuman yang disampaikan Bawaslu Kulo Progo, puisi yang lolos merupakan karya penyair dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri seperti Brussel (Belgia) dan Malaysia. Puisi lainnya datang dari berbagai kota di Indonesia, mulai dari Lhokseumawe (Aceh), Riau, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Papua Barat, Kalimantan, dan banyak lagi.
Ketua Bawaslu Kulon Progo, Marwanto M.Si, mengatakan konsep awal yang ditentukan panitia sebenarnya hanya akan memilih 50 judul puisi terpilih yang akan dibukukan. “Namun, mengingat antusiasme cukup tinggi dari masyarakat, kurator berpendapat bahwa selain ajang kompetisi, lomba ini juga sebagai ajang partisipasi sehingga ada 88 puisi yang dibukukan,” ujar Marwanto, Kamis, 7 Agustus 2025.
Mengutip pendapat ilmuwan politik Robert A. Dahl, Marwanto menambahkan bahwa dari sekian banyak unsur demokrasi, dua di antaranya adalah kompetisi dan partisipasi. Berdasar pendapat Dahl itulah lomba cipta puisi ini memperoleh rujukan, terutama terkait naskah yang hendak diterbitkan menjadi buku.
“Untuk ukuran lomba tanpa hadiah, jumlah kiriman naskah 134 judul kami anggap tinggi, apalagi tema pemilu dan demokrasi tidak familiar bagi banyak orang. Memang tidak semua naskah yang masuk jika dilakukan kurasi memenuhi, katakanlah, passing grade dari segi estetika sastra,” kata Marwanto yang juga seorang sastrawan sekaligus menjadi salah satu kurator dalam penerbitan antologi puisi dalam rangka HUT ke-7 Bawaslu Kulon Progo tersebut.
Marwanto melanjutkan, karya yang tidak masuk passing grade tetap ditampung dan dipandang sebagai pihak yang ingin berpartisipasi. “Kita ingin mendegar suara-suara jujur dari mereka tentang pemilu dan demokrasi kita saat ini.”
Kurator lainnya, Fajar R Ayunintyas, memaparkan dalam melakukan proses kurasi pihaknya menggunakan lima aspek penilaian.
Kelima aspek penilaian tersebut terdiri atas: 1) relevansi (sejauh mana puisi punya keterkaitan yang kuat dengan tema), 2) gaya bahasa (penggunaan diksi, majas, ritme, dan struktur bahasa yang memperkuat keindahan dan daya tarik puisi), 3) orisinalitas (keunikan ide, sudut pandang, dan gaya penulisan yang mencerminkan suara khas penulis), 4) kedalaman makna/pesan (tingkat refleksi, filosofi, atau pesan yang disampaikan serta dampaknya terhadap pembaca), 5) kejelasan penulisan (keterbacaan, tata bahasa, dan ketaatan terhadap bahasa, KBBI dan EYD).
“Dari pengalaman membaca 134 judul naskah, saya menangkap adanya keragaman sudut pandang tentang pemilu dan demokrasi. Jadi, meski puisi-puisi itu ada yang tidak atau belum masuk jika dinilai dengan lima aspek tadi, tapi keragaman sudut pandang itulah yang membuat karya tersebut patut ditampung sehingga lolos kurasi,” jelas Fafa, panggilan akrab Fajar R Ayunintyas, penyair dan novelis yang mulai menggeluti sastra sejak 2007 bersama Komunitas Lumbung Aksara.
Setelah tahap pengumuman karya yang lolos kurasi, tahapan lomba selanjutnya adalah peluncuran buku dan pengumuman tiga karya terbaik dan tiga karya harapan. Namun sebelumnya akan diumumkan terlebih dulu 20 karya yang masuk nominasi.
Anggota Panwaslih atau Bawaslu Kota Lhokseumawe, Ayi Jufridar, sebagai satu-satunya anggota Bawaslu dari Aceh yang karyanya terpilh, mengaku bahagia karena ada dua karyanya masuk dalam 88 besar. Sebagai penulis sekaligus penyelenggara pemilu sejak 2003, Ayi mengaku jarang menyentuh tema politik dalam puisi, kecuali prosa. “Padahal, tema politik dan demokrasi juga related dengan kehidupan kita,” ujarnya.[]