Byklik | Makassar–Sebagai bentuk kontribusi nyata dalam KKN Kebangsaan 2025 yang berlangsung di Provinsi Sulawesi Selatan, mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh melaksanakan program edukatif dan kreatif berjudul “Menciptakan Cerita Lewat Warna: Kegiatan Mewarnai untuk Anak SD”.
Kegiatan ini menyasar murid kelas 4, 5, dan 6 SDN Inpres 164 Lappa Warue di Desa Wanua Waru, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Konsep yang diusung memadukan pembelajaran luar kelas (outing class) dan aktivitas mewarnai gambar budaya lokal secara langsung di lokasi Gua Leang Panning, Desa Wanua Waru.
Radila, Mahasiswa Prodi Kriya Seni ISBI Aceh yang menjadi peserta KKN Kebangsaan tersebut mengatakan, program ini hadir sebagai respons terhadap kebutuhan anak-anak agar lebih mengenal budaya lokal dengan cara yang menyenangkan, serta pentingnya memperluas ruang belajar ke lingkungan sekitar.
“Dipilihnya Gua Leang Panning bukan tanpa alasan. Lokasi ini merupakan bagian dari Geopark Maros-Pangkep yang telah diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO, dan memiliki nilai sejarah, budaya, serta lingkungan yang sangat kuat untuk dijadikan sebagai media belajar,” kata Radila, Minggu, 27 Juli 2025.
Kegiatan tersebut dimulai dengan sesi edukatif di sekolah. Para murid diperkenalkan dengan materi pengantar tentang warisan budaya dunia, menggunakan e-book bergambar sebagai sarana belajar yang mudah dipahami. Setelah itu, mereka diajak mengikuti outing class ke Leang Panning yang dipandu oleh tim mahasiswa bersama pengelola wisata.
Di lokasi geopark, murid-murid diberi penjelasan mengenai sejarah gua, flora-fauna yang hidup di sekitarnya, serta pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan budaya. Puncak kegiatan ditandai dengan sesi mewarnai gambar bertema Gua Leang Panning yang difasilitasi oleh tim KKN.
“Anak-anak terlihat antusias menuangkan imajinasi dan pengalaman mereka dalam lembar gambar. Kegiatan mewarnai dilaksanakan di rumah panggung tradisional di area wisata, menciptakan suasana santai namun penuh makna. Anak-anak bebas memilih warna, berekspresi, dan membuat cerita visual dari gambar yang mereka warnai,” kata Radila.
Sebagai bentuk penghargaan terhadap kreativitas anak-anak, dilakukan proses penilaian karya, dengan mempertimbangkan aspek kerapian, pemilihan warna, dan kesesuaian tema. Tiga karya terbaik diberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi dan motivasi agar mereka semakin percaya diri dalam berkarya.
Luaran dari program ini adalah buku panduan kreatif berjudul Galeri Mewarnai: Menciptakan Cerita Lewat Warna, yang disusun oleh mahasiswa pelaksana. Buku ini memuat panduan mewarnai, tips kombinasi warna, halaman latihan gambar, serta dokumentasi kegiatan outing class. Buku ini diserahkan kepada pihak sekolah dan pengelola wisata sebagai kenang-kenangan sekaligus media edukatif berkelanjutan.
“Kami ingin anak-anak mengenal warisan budaya di sekitar mereka, tidak hanya dengan mendengar atau membaca, tetapi juga melalui pengalaman langsung dan kegiatan menyenangkan. Lewat warna, mereka membuat cerita-cerita mereka sendiri tentang Leang Panning,” ujarnya.
Program ini mendapat sambutan hangat dari guru, pihak sekolah, hingga warga desa. Kegiatan semacam ini dianggap sangat efektif dalam mengenalkan budaya lokal secara kontekstual, sekaligus mengembangkan kemampuan visual dan karakter anak-anak melalui pendekatan seni dan ekspresi diri.
Dengan semangat pengabdian dan kebermanfaatan, program “Menciptakan Cerita Lewat Warna” menjadi contoh nyata bahwa edukasi berbasis budaya dan seni dapat menjadi sarana membentuk generasi muda yang kreatif, peduli lingkungan, dan bangga akan identitas lokalnya.[]