Byklik.com | Banda Aceh — Suasana hangat penuh semangat kerja sama mewarnai pertemuan antara Kementerian Pendidikan Singapura dan para pimpinan serta perwakilan guru SMP di Aceh, khususnya se-Kota Banda Aceh pada sesi workshop khusus yang digelar Kamis malam, 17 Juli 2025, di Meuligoe Wali Nanggroe.
Pelaksanaan kegiatan tersebut difasilitasi oleh Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Al Haythar.
Dalam sambutannya Wali Nanggroe menyebutkan, sejak berakhirnya masa konflik, tantangan dunia pendidikan terus menjadi perhatian utama pemerintah dan pemangku kepentingan, termasuk Lembaga Wali Nanggroe yang terus aktif menjajaki kerja sama luar negeri
Aceh memiliki keistimewaan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, hingga pendidikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA). Keistimewaan ini menjadi peluang besar bagi Aceh untuk membangun pendidikan yang lebih baik dan berdaya saing melalui kerja sama luar negeri.
Karena itu, berbagai bentuk kerja sama terus dijajaki, seperti penyediaan beasiswa, program magang, pertukaran siswa antarnegara, pemberian premi untuk guru dan tengku dayah, perbaikan kurikulum, hingga penyelenggaraan FGD dan lokakarya pendidikan modern seperti yang dilakukan dengan Kementerian Pendidikan Singapura kali ini.
“Apa yang kita lakukan ini sudah lama sekali dinanti-nanti dan sangat perlu sekali,” ujar Wali Nanggroe sebagaimana dilansir Humas Wali Nanggroe. Ia pun menyinggung pentingnya belajar dari Singapura—negara kecil yang mampu menjadi raksasa ekonomi dunia meski tidak memiliki kekayaan alam seperti Aceh.
“Singapura itu negaranya kecil, tidak ada kekayaan alam seperti Aceh, tapi mereka punya pemimpin yang punya visi jauh ke depan dan berhasil mengelola negaranya dengan baik. Maka kita lihat sekarang ekonominya sangat maju,” tambahnya.
Wali Nanggroe menegaskan bahwa jika sektor pendidikan Aceh dikelola dengan baik, maka Aceh akan mampu melahirkan pemimpin yang visionary dan pemerintahan yang baik. Pada akhirnya, kondisi itu akan mengangkat ekonomi Aceh hingga sejajar dengan negara-negara maju di Asia Tenggara.
“Saya lihat industri mereka sangat canggih. Bahkan teknologi Silicon Valley sudah masuk ke Singapura. Investornya ada di mana-mana, tidak hanya di ASEAN tapi juga di luar. Dan satu hal penting, pengelolaan keuangan mereka sangat bagus,” ujar Wali Nanggroe menekankan.
“Saya minta agar Pemerintah Aceh, melalui dinas terkait untuk segera menindaklanjuti peluang kerja sama ini agar membawa dampak nyata bagi kemajuan pendidikan Aceh,” kata Wali Nanggroe.
Dalam sesi tersebut, pihak Kementerian Pendidikan Singapura menyampaikan sistem pendidikan mereka, peluang beasiswa dan program pertukaran pelajar.
“Kami ingin mengeksplorasi potensi kerja sama dengan sekolah-sekolah di Aceh, mengenal lebih dekat para pimpinan pendidikan di Banda Aceh, sekaligus memperkenalkan program-program kami termasuk beasiswa dari Kementerian Pendidikan Singapura,” kata Willy Kurniawan, Manajer Utama Kementerian Pendidikan Singapura dalam presentasinya.
Usai presentasi, workshop juga diselingi dengan sesi tanya jawab antara para guru yang hadir dengan pihak Kementerian Pendidikan Singapura.
Turut hadir dari pihak Singapura yaitu Willy Kurniawan (Manajer Utama, Kementerian Pendidikan Singapura), Jerrica Yap Wee Ping (Konsul Konsulat Jenderal Singapura), dan Wei Kit (Manajer Kementerian Pendidikan Singapura).
Sementara Wali Nanggroe didampingi anggota Majelis Tuha Peut Wali Nanggroe Prof. Dr. Syahrizal Abbas, Tgk. Darwis Jeunieb, Staf Khusus Dr. Muhammad Raviq, Dr. Rustam Effendi, Katibul Wali Abdullah Hasbullah, serta sejumlah pejabat Keurukon Katibul Wali lainnya.
Hadir juga Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Aceh Marthunis, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh Sulaiman Bakri.
Kabag Kerjasama dan Humas Wali Nanggroe, Zulfikar Idris menyebutkan, workshop tersebut merupakan bagian dari tindaklanjut kerja sama pendidikan yang telah lama diupayakan oleh Wali Nanggroe dengan pemerintah Singapura, yang telah didiskusikan sejak lima tahun silam.[]