Daniel Edri, seorang tentara cadangan militer Israel (IDF) mengakhiri hidupnya dengan cara membakar diri. Tentara berusia 24 tahun itu mengalami tekanan mental berat setelah menyaksikan pembantaian di Jalur Gaza, Palestina. Edri mengakhiri hidupnya di kawasan Israel utara di dekat Kota Safad, di kawasan hutan Biriya.
Selama ini Edri ditugaskan untuk mengangkut jenazah-jenazah tentara Israel yang tewas dalam misi militer mereka sejak 7 Oktober 2023. Mengutip lansiran republika.co.id, tentara cadangan itu sudah lama mengidap gangguan mental berat. Ia disebut-sebut sering “diteror” oleh “bau banyak mayat” dari Gaza.
Kondisi Edri disebutkan sudah memburuk sejak dua temannya tewas pada Oktober 2023. Edri pun lantas mendaftar secara sukarela sebagai tentara cadangan IDF. Ia sempat dinas dalam waktu lama sebagai personel tempur di bagian utara dan selatan Israel. Di antara tugas utamanya adalah mengangkut jenazah tentara Israel.
Ketika kambuh Edri dilaporkan mengalami amarah yang meledak-ledak, bahkan merusak apartemennya. Sepekan sebelum ia mengakhiri hidup, ibunya semang meminta agar ia bersedia dirawat di rumah sakit jiwa. Namun, Edri hanya masuk dalam daftar tunggu.
Menurut laporan media The New Arab sebagaimana diberitakan Republika.co.id, lebih dari seratus ribu warga Israel mengalami gangguan psikologis dampak dari operasi militer IDF di Jalur Gaza. Oren Helman, kepala asosiasi Kesher yang mendampingi keluarga dengan anak berkebutuhan khusus, dengan tegas menyalahkan peningkatan beban psikologis tersebut terjadi karena “kegagalan rezim Netanyahu.”[]