Ekonomi & Bisnis

Susah Payah Menukar Rupiah

Avatar
×

Susah Payah Menukar Rupiah

Sebarkan artikel ini
Warga antre ketika menukar pecahan rupiah di Lapangan Hiraq, Lhokseumawe, Aceh, Rabu (19/3/2025). Kegiatan itu digelar Bank Indonesia Perwakilan Lhokseumawe dan sejumlah bank. Foto: [byklik.com - Suci Idealisti Meutia].

MATAHARI di Kota Lhokseumawe bersinar agak redup, Rabu (19/3/2025). Namun, hawa panas tetap saja terasa dan membuat gerah meski waktu baru menunjukkan pukul 10.00. Bahkan di luar bulan Ramadan pun, cuaca di Lhokseumawe selalu terasa panas.

Lapangan Hiraq mulai ramai dikunjungi warga yang ingin menukar pecahan rupiah, sebuah momen rutin setiap mendekati Idulfitri. Sebuah tenda besar sudah didirikan di sana, dikelilingi tenda-tenda kecil tempat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memajang produknya. Di sisi barat, berderet mobil kas sejumlah bank di Lhokseumawe, termasuk mobil kas Bank Indonesia Perwakilan Lhokseumawe.

Ketika masuk ke dalam, warga sudah dimintai bukti pemesanan penukaran uang rupiah melalui kas keliling di situs pintar.bi.go.id. Tidak cukup hanya menunjukkan kode batang (barcode) seperti membeli BBM bersubsidi, warga juga dimintai menunjukkan KTP. Anggota TNI dan Polri berjaga di sekitarnya, seolah ada potensi gangguan keamanan.

Seorang ibu rumah tangga dengan dua anak, bersikeras ketika dilarang masuk karena tidak membawa KTP. “Saya berangkat dari Krueng Geukueh, jangan suruh bawa KTP lagi. Saya daftar ini juga pakai KTP,” ujar ibu itu bersikeras. Kegigihannya membuat anggota sekuriti Bank Indonesia Perwakilan Lhokseumawe harus mengalah.

Ibu dengan dua anak itu masuk. Tapi sampai di dalam, ia dan seluruh warga yang ingin menukar pecahan rupiah, harus menunjukkan KTP kembali. Ketika meregistrasi untuk mendapatkan nomor antrean yang dilayani para mahasiswa, kembali di mintai KTP. “Luar biasa, ini melebihi ketatnya pemeriksaan di bandara yang hanya dminta satu kali menujukkan KTP,” ujar seorang lelaki dengan nada satire.

Baca Juga  Antisipasi Gangguan Kamtibmas, Polsek Blang Mangat Insentifkan Patroli

Ribetnya proses penukaran pecahan rupiah, tak urung membuat Rizal Saputra SH kesal. Pengacara yang akrab dengan wartawan itu mengungkapkan kekecewaannya. Sejak di pintu masuk ia sudah kesal karena istrinya dilarang masuk. “Padahal, tidak ada larangan masuk meski tidak menukar uang,” ujar Rizal kesal.

Menurutnya, lokasi penukaran pecahan rupiah tidak perlu harus menjadi tempat yang eksklusif yang hanya bisa diakses orang yang ingin menukar uang saja. Justru, tempat itu harus harus ramai karena ada beberapa kegiatan lain yang bisa dilakukan orang di sana, seperti belajar di gerai UMKM yang ada di Lapangan Hiraq.

UMKM tersebut merupakan binaan Bank Indonesia Perwakilan Lhokseumawe. Selain itu, di lokasi juga ada penjualan sembako murah yang digelar Bank Indonesia. Ada juga penjualan beberapa alat rumah tangga seharga Rp6 melalui pembayaran Qris. Intinya, banyak hal yang bisa dilakukan warga di lokasi sambil membunuh rasa bosan.

Setelah menunjukkan KTP dan bukti pemesana secara online di pintu akes depan dan mendapatkan nomor antrean, warga harus menunggu sampai nomor antrean dipanggil. Penukaran dilayani dengan sekitar lima unit kendaraan dari Bank Indonesia, Bank Aceh, BSI, dan Bank Danamon.

Baca Juga  Garap Lahan Tidur, UIA Kampus Paya Lipah Panen Melon Golden

Masalah belum selesai. Warga hanya bisa mendapatkan jumlah uang sesuai pemesanan. Mau menukar pecahan Rp2.000 satu blok pun, tidak dibenarkan sejauh tidak ada dalam daftar pemesanan.

Metode penukaran uang rupiah dengan pemesanan terlebih dulu secara online, satu sisi memang memudahkan warga dan pihak bank untuk menyediakan pecahan sesuai kebutuhan. Namun, karena tidak semua warga memahami metode secara daring tersebut, banyak yang harus kecewa.

Beberapa warga yang mengetahui ada layanan penukaran pecahan rupiah di Lapangan Hiraq, harus pulang dengan kecewa karena tidak tahu harus ada pemesanan via daring sebelumnya. Padahal, mereka adalah pedagang kecil di Pasar Inpres dan Pasar Pusong Lhokseumawe yang tidak paham akses internet.

Dalam percakapan ketika antrean berlangsung, seorang nasabah Bank Danamon mengaku tidak mendapatkan informasi tentang penukaran tersebut. Dia datang ke Bank Danamon untuk menukar uang, tetapi tidak ada. “Kemudian karyawan bank membantu saya melakukan pemesanan dengan internet,” kata lelaki itu.

Menyaksikan perjuangan panjang dan ribetnya menukar pecahan rupiah, warga mengharapkan proses penukaran juga dilakukan tanpa melalui pemesanan secara online terlebih dahulu. “Mungkin bisa didistribusikan melalui bank yang ada di Lhokseumawe. Ini untuk melayani warga yang tidak terlayani atau warga yang tinggal jauh dari kota,” saran Rizal. [Suci Idealisti Meutia]   

 

 

Example 120x600